20 Desember 2014

Review Special Thing in 2014

Sabtu, Desember 20, 2014 0
Just how fast the night changes?
It will never change me and you (kutipan lagu 1D-Night Changes)

Malam terus berganti, waktu terus berputar, umur terus bertambah dan tahun akan terus berubah. Tak terasa saat ini kita tengah berada di penghujung tahun 2014. Padahal baru kemarin rasanya gue membuat resolusi di tahun 2014, eh taunya udah mau 2015. Ohmaygod. Dengan seabrek resolusi yang pernah gue tulis rasanya tahun ini merupakan tahun yang fantastis. Banyak hal baru yang gue alami selam tahun ini. Teman, kuliah, dan kesibukan baru yang kini menjadi rutinitas baru bagi gue.

Kali ini gue akan mengkaji lebih hal dan kejadian apa yang gue alami sepanjang tahun ini. Apakah semua resolusi gue tercapai? Atau hanya tinggal sebuah resolusi yang tahu kapan terwujudnya? Ayo kita mulai mengenang!

AWAL tahun diisi dengan liburan kuliah yang begitu lama namun hanya di rumah saja. Gue bisa bilang ini bukan termasuk impian gue alias resolusi yang gue buat matang-matang GAGAl total. Ya, sebenarnya gue sudah mengumbar janji dengan teman-teman SMA kalau gue bakal liburan ke jakarta, namun rencana hanya tinggal kenangan. Begitu gue memberanikan diri untuk meminta izin, keinginan gue langsung di tolak mentah-mentah oleh orang tua. Jujur sakit banget rasanya gak diijininin untuk liburan, karena gue gak terbiasa memohon sesuatu penolakan ini begitu sakit bagi gue.

Mungkin sebagian orang bisa terbiasa terhadap suatu penolakan, tapi gue gak bisa menghadapinya. Alhasil gue hanya bisa nangis dan mengutuk ketidakberdayaan ini. Walaupun awalnya tak rela, lama-kelamaan gue mulai lupa dan membiasakan diri stay at home selama 2 bulan lamanya. You can imagine how bored I was. Tapi gue gak kehilangan akal, gue berpikir liburan gue tidak boleh terbuang dengan percuma. Gue ikutan lomba blog, review, twitter untuk mengisi hari-hari di rumah. Dan alhamdulillah Tuhan bertindak, gue diberikan keajaiban dengan hadiah menang lomba seperti printer, uang, baju, stiker, sampai domain gratis. Dari sanalah gue mulai mencoba peruntungan lain di dunia blogger.

DI bulan pertama, planning gue memang gagal total, namun tidak dengan bulan kedua. Resolusi gue yang menyebutkan ingin memiliki kamera DSLR akhirnya tercapai juga. Tepat pada 14 Februari kamera DSLR Canon 1100D akhirnya dapat gue miliki. Walaupun tidak full 100 persen dari duit sendiri gue sangat senang bokap mau nambahin kurangnya, juga dapet transferan dari oma yang jauh disana. Sungguh gue senang tak terhingga!

BULAN ketiga merupakan awal perkuliahan di semester 4. Ya, tidak berbeda dengan sebelumnya dunia perkuliahan tetap seperti itu. Kadang tidak ada kegiatan, kadang sibuk, kadang sibuk tak terhingga. Di samping itu organisasi yang gue ikuti tetap berjalan seperti biasa. Bedanya ada saat-saat gue harus pergi sendiri untuk mencari pengalaman baru. Kadang gue merasa bosan dengan rutinitas yang tidak berubah. Dan gue memberanikan diri untuk menjalani beberapa hal itu sendirian, seperti ikut seminar dsb. Dengan itu gue bisa mewujudkan resolusi yang pernah gue buat sebelumnya.

BULAN ketiga, keempat, masih sama seperti yang lain tidak ada hal yang begitu berkesan. Menulis tentang keseharian bersama teman, menulis cerita, menulis opini, ataupun mengikuti kontes blog. Walaupun ada beberapa yang tidak berhasil menang, namun semangat blogger gue masih sangat membara waktu itu.

HINGGA datanglah bulan kelima. Bulan yang tidak pernah gue sangka menjadi bulan yang penuh dengan pengalaman baru. Lewat organisasi satu-satunya yang gue ikuti, akhirnya gue menginjakkan kaki pertama kali di kota Medan sendirian. Ya sendirian, walaupun ke Jakarta ditemenin, tetep aja disananya sendirian. Tetapi pengalaman hidup yang gue dapat disana benar-benar luar biasa.

Gue sendirian dari Lampung dan gak kenal siapapun disana. Gue mencoba untuk berbaur dengan yang lain, walaupun kurang bisa se-asik yang lain alhamdulillah gue tetap bisa berkomunikasi layaknya anak-anak yang lain. Dengan tempat asal yang berbeda dan tempat yang baru pertama kalin gue lihat, gue rasa ini pengalaman luar biasa di tahun 2014. Belum lagi adegan di akhir acara, yang bikin gue terharu banget. Baru kenal seminggu, dan mereka begitu mengganggap gue sebagai keluarga. Ah, luar biasa memang, gue sama sekali gak pernah terpikirkan bisa mengikuti acara di luar kota dan bertemu dengan orang baru, tempat baru, dan itu gara-gara organisasi. Ya, gue rasa gue gak nyesel pernah ikut organisasi ini.

BULAN keenam setelah mengikuti acara di Medan, gue langsung cuss ke Jakarta bareng temen-temen angkatan. Ya, gue rasa resolusi untuk kepengen jalan-jalan terkabul di pertengahan tahun ini. Walaupun di Jakartanya sebentar tetep aja namanya jalan-jalan kan? :D

Selain itu di bulan inilah, bulan dimana gue dinobatkan menjadi pimpinan redaksi di organisasi itu. Sebenarnya sempat menyangka sebelum berangkat ke Medan, tapi tetep aja rasanya kayak gak sanggup bisa mengemban amanah berat untuk setahun ke depan (yang ngomong-ngomong tinggal setengah tahun lagi).

BULAN ketujuh merupakan bulan kelahiran gue. Tahun ini genap sudah gue berumur 19 tahun. Banyak orang bilang gue masih muda dibanding teman-teman yang lain. Tapi tetep aja gue merasa udah tua dan sebentar lagi akan kepala dua. OH NO! Di bulan alhamdulillah ramadhan dan idul fitri masih bisa gue jalani bareng keluarga. Walaupun dengan kondisi berjauhan dari bokap, kita tetap bisa merayakan lebaran bersama setelah itu.

Mungkin tahun ini gue memang gak mendapatkan kue ataupun kado dari keluarga. Tapi gue mendapatkan hadiah terindah yang tidak berupa barang ataupun uang. Ya, akhirnya tahun ini keinginan gue untuk melepas rindu dengan teman-teman SMA terlepaskan juga. Gue beserta keluarga akhirnya pulang kampus dan berlebaran disana. Walaupun sebentar banget, alhamdulillah gue bisa kembali melihat kampung dan sekolah yang penuh dengan kenangan itu. Sungguh, hadiah yang tak ternilai rasanya dapat bercengkrama dengan teman yang sudah kamu anggap sebagai saudara. Akhirnya resolusi gue untuk bertemu teman SMA tercapai juga, walaupun diundur beberapa bulan. :D

BULAN kedelapan, sembilan, sepuluh, sebelas hingga dua belas gue habiskan kembali disini, di Bandar Lampung dengan kegiatan kamus, perkuliahan ataupun organisasi. Sekarang gue sudah memasuki semester 5 yang artinya hampir setengah perjalanan menuju tahap akhir. Ya, gak terasa sekarang sudah punya dua generasi adik tingkat. Udah bisa dibilang tua. Sejauh ini gue belum mempunyai masalah akan hal yang menyangkut nilai-nilai kuliah, dan semoga saja seterusnya.

Hanya saja bulan-bulan terakhir di tahun ini sangat berbeda dengan tahun lalu. Kali ini gue memang cukup disibukkan dengan kegiatan organisasi yang notabene gue pimrednya. Ya, jabatan yang luar biasa di suatu lembaga pers. Ah, sebenarnya bisa dibilang gue gak terlalu mahir di dalam dunia menulis, hanya saja gue suka menulis. Just enough! Semoga aja setengah tahun lagi gue bisa mengemban amanah ini dan menjalankannya sebaik mungkin.

Di samping semua yang telah gue alami sepangjang tahun ini, ada beberapa hal yang membuat gue kecewa dan bersedih. Setengah tahun ini gue menjadi malas untuk menulis di blog. Mungkin karena kesibukan di organisasi, membuat gue gak se-semangat di awal tahun dalam menulis, lihat aja di jumlah entri per bulannya. Hmm, how poor I am.

Selain itu, gue juga belum bisa konsisten dalam menulis. Ya, impian gue untuk bisa menerbitkan buku ataupun cerpen tidak kunjung terjadi hingga ujung tahun ini. Mungkin ini disebabkan karena mood gue yang seringnya anjlok dengan berbagai kesibukan di kampus. Hingga membuat gue mengabaikan resolusi ingin menerbitkan cerpen di percetakan. Dan itu juga berdampak pada resolusi gue yang ingin memiliki penghasilan sendiri, yang tampaknya juga belum kunjung menampakkan jalannya.

Di balik segala pencapaian ataupun kegagalan dari resolusi tahun ini, gue merasa 2014 menjadi tahun terhebat dalam hidup gue. Banyaknya pengalaman baru membuat gue bisa melihat kehidupan lebih luas dan lebih banyak lagi.

"Seseorang tidak akan bisa berkembang jika ia hanya berdiam diri dan tidak melakukan perjalanan"

Semoga tahun depan, lebih banyak pengalaman lagi yang bisa gue dapatkan. Berbagai macam kegiatan ataupun proyek sudah menanti untuk dikerjakan. Semangat menyambut tahun baru, dan juga pastinya resolusi baru!

Happy new year 11 hari lagi!!!

7 Desember 2014

Kebiasaan dan Bakat

Minggu, Desember 07, 2014 1
Ketika membuat postingan ini saya tengah berada di salah satu tempat makan fastfood yang ada di Bandar Lampung. Memang tidak ada yang istimewa disini, tapi yang luar biasa adalah saya kesini hanya seorang diri alias SENDIRIAN. Dengan membawa uang pas-pasan ala anak kosan dan satu unit laptop saya niatkan untuk menghabiskan minggu siang disini. Lagipula saya juga lagi pengen download film lumayankan wifi gratis :D *mahasiswa coyyy*

Mungkin bagi kebanyakan orang seusia saya  tak pernah pede atau berani pergi menghabiskan waktu sendirian. Tapi saya berbeda. Dari dulu saya lebih senang berkeliling sendirian seperti ke pasar atau ke tempat saya suka. Namun bukan berarti saya tidak suka bersosialisasi. Hanya saja, saya membutuhkan waktu sendirian diluar hiruk pikuk orang lain. Dengan begini saya akan bisa berpikir tentang banyak hal dan menjadi lebih tenang.

Balik kesini kembali tempat dimana saya berada saat ini. Dengan memesan paket paling murah yang hanya menghabiskan uang 20 ribu, saya kembali memutar otak agar bisa mengisi perut. Dan yap, saya mencoba membuka line dan alhamdulillah dapat satu potong ayam gratis (walaupun gak gede2 amat), tapi lumayanlah buat menambah isi perut yang keroncongan karena belum makan dari pagi. 

Minggu ini saya memang gak berniat untuk pulang, saya memilih untuk menghabiskan waktu di kosan dan mengerjakan tugas (yang pada akhirnya gak jadi karena gak ngerti). Tapi beneran sebenarnya sama aja ketika saya dirumah dan tetap gak melakukan apa-apa. Mendingan di kosan kan ya. Hmm. Di samping banyaknya tugas kesibukan di perkuliahan, sebenarnya saya juga lagi bingung dan puyeng mikirin amanah di organisasi. Saya ngerasa pesimis buat ngejalanin progja gede yang bagi saya itu merupakan suatu pengalaman baru dan gak mudah untuk menjalaninya. Ditambah juga saya orangnya begitu cuek dan gak pedulian, tapi sungguh saya selalu memikirkannya setiap saat.

Tapi saya ngerasa cuma inilah satu-satunya hal yang lumayan saya kuasai, tapi juga gak bisa dibilang bakat juga. Kalo ngomongin tentang bakat saya memang sangat merasa tidak mempunyai bakat apapun atau bahkan yang terpendam sekalipun. Walaupun banyak orang bilang setiap orang mempunyai bakatnya masing-masing, tapi saya belum bisa merasakannya. Bagi saya menulis merupakan suatu kesenangan dan kepuasan, mampu menuangkan rasa dan kejadian dalam kata-kata itu merupakan kebahagiaan tersendiri.

Orang-orang sering nanya begini ke saya :

"Kamu orang padang kan? Kok gak bisa masak?" atau
"Kamu orang padang kan? Kok gak bisa jualan?" atau
"Kamu orang padang kan? Kok gak kayak orang padang? dan blablabla

Kadang saya cuma bisa jawab dengan senyuman tipis. Jujur, saya emang bingung harus menjawab apa ketika orang-orang bertanya hal-hal semacam itu. Saya dengan kebiasaan yang ada dalam diri saya berusaha untuk menjadi diri sendiri, yang walaupun terkadang membuat orang lain tidak suka. Misalnya saja dengan sifat cuek saya yang sudah keterlaluan. Atau sifat saya yang tidak bisa mendekatkan diri dengan orang lain jika buka dia yang memulainya duluan. Tapi saya tahu apa yang akan saya lakukan ketika orang-orang tidak lagi memedulikan saya. Saya akan tetap menjadi diri sendiri dengan segala sifat baik dan buruk yang akan berusaha untuk saya ubah secara perlahan.

(KFC Coffee Kedaton __ 7 Desember 2014 [14:14])

4 Desember 2014

Tiga Pertanyaan Tentang Kehidupan

Kamis, Desember 04, 2014 1
Hamparan langit malam terbentang luas dengan beberapa bintang yang tidak terlalu terang menemani malamku kali ini. Terlalu lelah rasanya menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan. Belum lagi mimpi-mimpi masa lalu yang selalu bergentayangan bak makhluk halus. Ingin rasanya aku kembali terlahir dengan sosok yang berbeda, sosok yang tidak menjadi topeng masa lalu yang terbiasa tertutupi.

Langit malam masih sama, hanya beberapa bintang yang terlihat menemani dengan semilir angin bergemerisik menusuk relung kulitku. Di antara beribu pertanyaan yang pernah menggelayut di benakku setidaknya ada tiga pertanyaan yang hingga sekarang selalu kucari jawabannya. 

Apa sebenarnya tujuan akhir dari sebuah kehidupan?
Jika itu kebahagian, kebahagiaan seperti apa yang diharapkan?
Dan jika kehidupan itu berakhir apakah kebahagian itu akan tetap ada ataumalah berpindah?

Setiap orang mempunyai pemahaman yang berbeda tentang makna kehidupan. Hampir seperlima abad menjalani kehidupan, sedikitnya aku telah mencicipi berbagai fakta dari skenario hidup itu sendiri. Baik itu kebahagiaan, kesedihan, kekecewaan, kemarahan ataupun ketidakadilan. Dalam renungku malam ini aku mencoba mencari apa hakikat kebahagiaan yang sebenarnya. Apa yang semua orang harapkan ketika ia tak lagi ada di dunia ini. Apa yang akan ia lakukan sebelum jiwa berpisah dari raga?

Banyak manusia tak menyadari bahwa kehidupan di dunia ini secara tidak langsung telah menyihir mereka untuk melupakan hakikat hidup yang sebenarnya. Semua orang berusaha untuk mencapai impian-impian yang telah mereka tuliskan dari lama. Setelah itu tercapai, mereka akan berusaha menyampaikan pada setiap orang bahwa tidak ada mimpi yang mustahil jika ada usaha yang sungguh-sungguh. Dan seketika akan banyak orang menilai bahwa orang tersebut sudah meraih kategori sukses dalam kehidupan.

Semua orang berlomba untuk memperlihatkan kesuksesan masing-masing. Sang ibu atau sang ayah juga akan menceritakan pada kerabatnya akan kesuksesan yang telah diraih oleh anak mereka. Sang anak juga akan menceritakan atau bahkan menjadi motivator kepada orang lain tentang kesuksesan yang telah dicapainya tersebut. Semua orang akan memandang takjub dengan memohon penuh harap agar hidup mereka dapat seberuntung orang itu.

Lantas apakah dengan kesuksesan yang mereka pikir itu sukses apakah tujuan akhir dalam sebuah kehidupan itu tercapai? Apakah mereka juga bisa dikategorikan dapt meraih hakikat kebahagiaan itu?

Dengan segala pencapaian yang mampu diraih, seperti harta, tahta, jabatan dan kesenangan dunia lain apakah orang-orang pernah berpikir apakah mereka benar-benar bahagia? Apakah mereka bahagia dengan semua pencapaian itu? 

Langit malam secara perlahan berubah warna menjadi keabu-abuan meninggalkan pertanda bahwa semesta akan menurunkan rahmat yang terhingga. Bintang-bintang tak terlihat barang satupun, tertutupi oleh awan yang terlihat bergerak cepat membawa berita gembira bagi yang mengharapkannya dan petaka bagi yang menghindarkannya.

Hidup dengan segala liku liku yang ada pasti tidak selamanya akan selalu berpihak. Ada kalanya setiap orang harus berhadapan dengan ujian ataupun masalah yang menerpa. Terlepas dari itu ujian ataupun masalah, setiap orang akan memiliki batas penyelesaian dari keduanya. Jika semesta memberikan ujian yang terlalu berat maka tak elak banyak orang yang akan mengutuk nasibnya sendiri, bertanya pada tuhan kenapa harus dia yang mendapatkan cobaan ini?

Lantas ketika semua pencapaian itu dahulu datang, tidakkah mereka bersyukur? Tidakkah mereka berpikir banyak orang diluar sana yang tidak seberuntung mereka? Lalu mengapa ketika ujian itu datang mereka seraya mengatakan bahwa tuhan itu tak adil?

Banyak orang ketika meraih kesuksesan yang mereka impikan tidak pernah mau merenungkan apa semua itu benar-benar yang harapkan? Mereka terlalu terlena dengan keberhasilan sehingga  membutakan hakikat kebahagiaan yang sebenarnya merupakan tujuan akhir sebuah kehidupan. Jika mereka mampu menciptakan hakikat kebahagiaan itu sendiri maka ketika ujian itu datang tidak akan ada lagi rasa menyalahkan keadaan atau bahkan menyalahkan tuhan.

Hakikat kebahagiaan itu bisa diibaratkan sebagai sebuah danau dengan mata air yang bening, dan masalah diibaratkan sebagai kotoran Ketika kotoran itu masuk ke dalam danau ia tidak akan bisa bertahan lama, karena mata air yang bening akan selalu mengalir menghantam semua kotoran yang ada. Hal yang sama juga berlaku ketika setiap orang mampu menciptakan hakikat kebahagiaan itu sendiri murni dari hatinya. Jadi ketika masalah atau ujian itu datang ia tidak akan pernah bertahan lama, terhapus oleh beningnya kebahagiaan yang tertancap erat di dalam hati.

Intinya, masalah ataupun ujian itu akan dirasa menyusahkan ketika orang menilai itu sebuah malapetaka. Ketika orang mampu melihat sisi lain dari sebuah masalah maka ia akan mampu menjadi pintu pembuka untuk keberhasilan lain.

Rintik-rintik hujan mulai membasahi alam, namun aku belum berniat untuk berhenti menatap langit. Melanjutkan renungan atas pertanyaan terakhir yang menggelayut. Setelah jiwa tak lagi di raga, apakah kebahagiaan itu juga akan turut hilang atau malah berpindah?

Nyatanya ketika ada orang yang meninggalkan dunia, hanya orang-orang yang kenal dengannyalah yang akan mendoakan, menangisi, atau bahkan meratapinya. Sedangkan yang lain, seolah tidak peduli karena memang tidak pernah berinteraksi atau tidak kenal dengan orang itu. 

Jika semasa di dunia orang itu hanya hidup untuk diri sendiri, untuk kebahagiaan sendiri, maka ketika ia pergi kebahagiaan itu juga akan menjauh mengikuti kepergiaan yang mempunyai jiwa. Namun jika semasa hidup ia bisa menyebarkan kebahagiaan dipunya kepada orang lain, maka kebahagiaan itu akan tetap selalu ada walau ia tak lagi berada di dunia.

Hakikatnya sebuah kebahagiaan sejati bukanlah dinilai dari seberapa banyak harta, seberapa tinggi tahta atau jabatan, atau seberapa disegani orang tersebut. Namun kebahagiaan sejati dapat dinilai ketika ruh dan raga berpisah, orang-orang yang ditinggalkan masih bisa mengenang dan mengagungkan kebaikan yang pernah kamu berikan. Itu sungguh benar-benar kebahagiaan yang sesungguhnya.

Hujan diluar bertambah deras, aku tak lagi menatap langit. Berpindah masuk ke dalam kamar menatap embun hujan yang jatuh di kaca jendela. Semua orang mempunyai presepsi masing-masing tentang arti kehidupan, begitu pula denganku. Malam ini akhirnya kutemukan jawaban penting dari seluruh pertanyaan besarku tentang kehidupan.

(Kamar kosan -- 4 Desember 2014)