30 Desember 2013

#Review Film : Tenggelamnya Kapal Van der Wijck

"Demikianlah perempuan. Dia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri kepada orang lain padahal begitu besarnya" - Zainudin.

Merupakan salah satu dialog adegan yang diperankan oleh Zainudin yang dalam film 'Tenggelamnya Kapal Van der Wijck' diperankan oleh Herjunot Ali. Film ini diadaptasi dari novel seorang penulis besar sepanjang sejarah Indonesia, karya Tuan Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan sebutan Buya Hamka.

Tulisan yang sudah berpuluh-puluh tahun ditulis ini mampu mengembalikan ingatan kita akan sebuah karya besar dari seorang sastrawan terkenal asal Sumatera Barat. Dengan mengedepankan bahasa yang penuh akan unsur sastra di dalamnya, film ini mampu membuat otak berkelumit untuk memahami setiap dialog yang ada.

Wujud asli cover novel #TKVDW
Jujur, saya belum pernah membaca novel #TKVDW yang mungkin tebalnya sekitar 300 halaman. Namun berkat film yang dirilis pada 19 Desember 2013 dan baru saya tonton kemarin, akhirnya saya mengetahui isi dari novel tersebut secara garis besar, bagaimana Buya Hamka--sang penulis novel dari film #TKVDW menyalurkan rasa berontaknya terhadap adat istiadat di Indonesia khususnya adat istiadat di minangkabau.

Novel yang sudah difilmkan ini merupakan bentuk dari penolakan penulis terhadap adat yang minang yang terlalu mengagungkan sukunya sendiri dan meremehkan suku lain. Bangsa yang mengaku mempunyai slogan 'Bhineka Tunggal Ika' ini masih suka menyombongkan dirinya (sukunya) dan memandang sebelah mata suku lain.

Film yang berdurasi 3 jam ini mampu mengubah aroma hati dan rasa bagi setiap orang yang menontonnya. Siapapun yang berada di balik layar dari pembuatan film ini baik itu artis/aktor, sutradara, penulis skenario, pengambil gambar dan pekerjaan lainnya, saya berikan 2 jempol untuk semuanya. Bagaimana tidak, dengan mengambil seluruh latar dari berbagai daerah yang ada di Indonesia, mereka mampu menyelaraskan setiap scene dengan situasi keadaannya.

Selain itu, pada setiap dialog, para pemain dengan lugasnya mampu berkata dengan bahasa yang mempunyai level kesulitan yang sangat tinggi. Dimulai dari bahasa daerah makassar, padang dan juga ada sedikit bagian bahasa jawa. Apalagi banyak para pemain bukan merupakan orang asli dari setiap daerah tersebut. Saya juga memberi nilai plus untuk ketekunan pemain dalam menghapal setiap dialog yang menggunakan bahasa daerah ini.

Sebagaimana halnya saya menyadari sangat susah menghapal kalimat dialog yang tidak biasa kita dengar. Satu kelebihan sangat menonjol dari film ini, yaitu dalam mengutamakan kekayaan akan kesusastraan bahasa Indonesia dalam melafalkan hampir di seluruh dialog. Saya begitu bangga dengan dengan film ini, dengan mengusung hikayat, syair hingga menjadi paduan kalimat yang rupawan, ia mampu membuat saya yang lahir pada 18  tahun yang lalu berada pada masa 80 tahun yang lalu disaat adat istiadat dari suatu daerah terasa begitu kental. 

Penampakan poster film #TKVDW
Perjalanan Zainudin dalam hidupnya bisa menjadi suatu pelajaran berharga untuk saya pribadi. Seorang lelaki yang sudah terbiasa akan derita semenjak kecil harus diuji dengan cobaan yang begitu menohok hati. Dimulai dari diusir dari kampung halaman bapaknya sendiri hingga kekasih yang begitu ia cintai dengan tulus beralih kepada orang lain. Betapa tidak sakitnya hati seorang Zainudin ini, ketika ia baru saja merasakan cinta yang begitu dalam kepada Hayati yang diperankan oleh Pevita pearce, ia malah ditinggal pergi oleh Hayati yang menikahi lelaki yang mempunyai banyak kelebihan darinya.

Adegan favorit yang sangat menyentuh lubuk hati saya yang paling dalam hingga bulir berlian dari mata ini jatuh, yaitu disaat Zainudin sakit selama 2 bulan karena tak terima hayati sudah milik orang lain. Saat sakitnya memuncak ia ingin Hayati berada disampingnya, Ia begitu mendambakan Hayati menjadi miliknya seutuhnya. Hingga ia rasa jiwanya terguncang sebelum melihat Hayati.

Dan tibalah Hayati bersama suami barunya. Ia, Zainudin berkata dengan perkataan yang begitu aduhai rapinya namun begitu mampu menyayat hati setiap orang yang mendengarkan. Ia masih berpikir bahwa Hayati masih menjadi kekasihnya hingga ia tersadar dengan warna dari jari-jari tangan Hayati. Ia begitu terpukul ketika menyadari bahwa hayati kini sudah bukan miliknya lagi.

Ah, begitu ganasnya cinta hingga ia mampu memporakporandakan hati setiap insan, siapapun itu.

Namun berkat ada sahabatnya, bang Muluk, Zainudin mampu bangkit dari keterpurukan. Dengan segenap jiwa dan raga ia memutuskan untuk melupakan hayati dan memulai hidup baru di pulau Jawa. Dari situlah benih-benih harapan perlahan mulai muncul. Ia yang gemar menulis karangan seperti hikayat, syair atau puisi mampu menyihir setiap pembaca yang membaca tulisannya.

Hingga pada akhirnya ia bisa mencetak sebuah novel 'Teroesir' yang merupakan kejadian nyata yang ia alami sendiri ketika berda di kampung halaman kebanggaan ayahnya itu. 

Seiring berjalannya waktu, ia telah menjadi seorang penulis termasyhur dengan karya-karya yang menjadi best-seller di masanya. Ia telah bisa membuktikan bahwa ia bisa bangkit dari semua ujian yang telah ia rasakan.

Datanglah pada suatu ketika hayati kembali hadir dalam hidupnya. Dan jujur pada hati yang paling dalam rasa yang ada untuk Hayati masih utuh seperti sedia kala. Namun pada saat kesempatan kedua telah datang ia malah menghempaskan begitu banyak duri yang sudah lama bersarang di hatinya. Dan salah satunya berupa dialog awal yang saya tuliskan di postingan ini. Rasa sakit yang pernah ia rasakan beberapa tahun lalu mampu menutupi hati kecilnya yang begitu mencintai Hayati.

Keegoisan diri mampu membuahkan suatu penyesalan yang amat sangat bagi dirinya. Apalagi setelah kesempatan kedua itu tak muncul tiga kali. Disaat semuanya berubah, disaat itu pula ia harus menelan semua yang ada. Perang hatinya begitu kuat ketika dengan teganya ia menyuruh hayati untuk pulang ke kampung halaman.

Namun takdir berkata lain, saat ia akan merubah pikiran maut itu datang. Tenggelamnya kapal besar milik belanda 'Kapal Van der Wijck' kembali menjadi penghadang akan bersatu kembali hati yang telah lama bertaut kasih. Hayati telah tiada, dan Zainudin begitu amat menyesal dengan tindakannya. Tapi, penyesalan hanya tinggal penyesalan disaat semua telah terjadi barulah gerombolan rasa itu muncul dan memporakporandakan benteng pertahanan.

Sungguh, pada saat Zainudin berada di puncak amarahnya mengatakan segala unek-unek di hatinya kepada Hayati ia telah melupakan sesuatu. Ia melupakan bagaimana hayati berperan sangat penting dalam hidupnya, dalam kesuksesannya. Jika seandainya ia tidak diberikan ujian cinta ketika melihat orang yang disayanginya sudah milik orang lain, mungkin semangatnya untuk bangkit tak bisa sebesar ini.

Dan lagi-lagi dendam menghancurkan segalanya. Bahkan menghimpit rasa yang selalu ia sanjungagungkan -- rasa cintanya kepada Hayati. 

Mungkin ada yang berbeda dari film ini dengan novel aslinya. Jika di novel endingnya Zainudin meninggal setelah kejadian itu namun pada filmnya Zainudin harus bangkit lagi, bangkit untuk yang kedua kalinya. Ia terus memperjuangkan hidupnya dengan segala pelajaran di masa lalunya.

-v-


Hmm, gimana? Keren kan :D

Emang, filmnya keren kebangetan. Gue nangis bersimbah air mata waktu nonton. Sungguh terbawa suasana. Namun ada satu yang agaknya menjadi kekurangan dalam film ini. Atau mungkin menurut sebagian orang itulah yang menjadi kelebihannya. Yaitu disaat judul film disinkronkan dengan semua adegan yang ada. Begitu terasa adanya ketimpangan yang menitikberatkan akan sebuah kisah cinta yang terhalang berbagai ujian dan masalah dengan adegan sewaktu berada di kapal. Adegan di kapal hanya sedikit, padahal banyak penonton yang sangat menantikan scene ini.

Mungkin ini memang sudah menjadi khas dari skenarionya sendiri atau bagaimana. Saya pun tidak tau. Banyak orang juga bilang kenapa gak bikin judulnya seperti 'Cinta Zainudin dan Hayati' atau apa kek yang dapat disimpulkan dari seluruh jalan cerita. Hmm, mungkin itu hanya subjectif beberapa orang saja.

Sebagian yang lain malah suka jika judunya tetap seperti itu. Karena disitulah letak kelebihannya dalam mencari judul sehingga membuat banyak orang di dera rasa penasaran.

Namun terlepas dari itu semua, film yang gue tonton akhir tahun ini begitu AMAZING! Secara gue juga orang minang asli dan gue banyak mengambil pelajaran dari sana. Salah satunya orang minang itu kebanyakan sukses ya di rantau orang.  

Dimana-mana orang minang selalu terkenal dengan kata "tidak akan menyerah sebelum berhasil", alias tidak akan pulang sebelum sukses di rantau orang. (Hold in)

Dengan film ini kita kembali disadarkan akan sebuah tulisan yang sudah lama diciptakan namun masih melekat erat di benak kita. Sebuah karya yang tak lapuk dimakan zaman. Kekayaan paduan sastra yang patut dilanjuti dan diteruskan oleh para pemuda Indonesia yang cinta akan bangsa ini.

Sebuah tulisan tak akan pernah padam oleh waktu, ia akan selamanya ada dan kekal karena dengan tulisanlah kita bisa menciptakan sejarah baru.

Yeah, akhir tahun yang penuh pelajaran. Ayo yang belum pada nonton. Let's watch this film! Many knowledges can you get on there :))) Believe it!

1 komentar:

  1. Keren banget film nya pengen nonton lagi. terharu dan ada lucu nya juga :D

    BalasHapus

Kalau ada yang mau disampaikan tinggalkan comment ya ^^ Thank you :)